by

Baraja – Mahyuddin Datuk Sutan Maharadja Di Juluki Sang Bapak Para Wartawan Melayu

-NATIONAL, NEWS-1,971 views

Menemukan nama - nama orang Minangkabau yang terkenal yang hidup pada masa pergerakan Nasional  tentu bukanlah  hal yang sulit. Dalam pada itu, tersebutlah nama - nama seperti Haji Agus Salim, Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Muhammad Natsir, Hamka, Sutan Sjarir dan Tan Malaka sebagai para Bapak Bangsa. Masyarakat Minangkabau sangat bangga akan para pemimpin – pemimpin generasi pertama ini beserta sejumlah Politisi, ulama dan cendikia Minangkabau yang kurang terkenal, tetapi juga punya peranan penting dalam sejarah Indonesia.

Diantara nama – nama yang terkenal itu tersebutlah seseorang yang bernama Mahyudin Datuk Sutan Maharaja, beliau memang tidak memiliki nama setenar tokoh minang lainnya.

Mahyuddin Datuk Sutan Maharadja adalah wartawan Indonesia dan perintis Pers Melayu yang lahir di Sulit Air, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada 27 November 1862. Dia juga merupakan tokoh adat Minangkabau yang terkemuka. Ia digelari sebagai "Bapak para wartawan Melayu" oleh Profesor etnologi dan sejarah Hindia Belanda di Batavia, Bertram Johannes Otto "Bep" Schrieke (BJO Schrieke). 

Mahyuddin merupakan salah seorang perintis pers pribumi yang banyak mendirikan dan menerbitkan surat kabar berbahasa Indonesia. Pada akhir abad ke-19, dia memimpin dua surat kabar berbahasa Indonesia, yaitu Pelita Ketjil (didirikan pada 1 Februari 1886) dan Tjahaya Soematra (1897). Pada tahun 1901, Mahyuddin menerbitkan dan memimpin surat kabar Warta Berita. Surat kabar ini merupakan salah satu surat kabar pertama di Indonesia yang menggunakan Bahasa Indonesia, dipimpin dan dicetak oleh orang Indonesia. Kemudian dia menjadi pemimpin redaksi Oetoesan Melajoe di Padang. Dalam surat kabar tersebut tertera: "Achbar ini ditjitak pada pertjitakan orang Minangkabau". Melalui kalimat ini, Mahyuddin ingin menunjukkan kemampuan kaum Minangkabau dalam menguasai usaha surat kabar dan percetakan, yang ketika itu banyak dijalankan oleh orang-orang Belanda. Pada tanggal 12 Juli 1912 Mahyuddin bersama Rohana Kudus, menerbitkan koran perempuan dengan nama ”Soenting Melajoe. Isinya terdiri dari Tajuk rencana, sajak – sajak, tulisan – tulisan mengenai perempuan dan riwayat tokoh – tokoh ternama.

Mahyuddin merupakan tokoh yang peduli dengan kemajuan dan nasib bangsanya. Oleh karena itu, atas inisiatifnya, pada tahun 1888 berdiri organisasi sosial Medan Keramean. Pada tahun 1911, dia mendirikan organisasi Perserikatan Orang Alam Minangkerbau yang giat menyokong kemajuan adat Minang. Sebagai tokoh adat terkemuka, Mahyuddin sering berpolemik dengan tokoh-tokoh puritan seperti Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Abdullah Ahmad, dan Abdul Karim Amrullah. Pada akhir tahun 1911, Mahyuddin mendirikan percetakan surat kabar Snelpersdrukkerij Orang Alam Minangkabau yang banyak mencetak koran-koran berbahasa Indonesia, Mahyuddin Datuk Sutan Maharaja wafat di Padang tahun 1921.(Wahyu/GMP)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.