Kota Solok merupakan salah satu daerah tempat bermukimnya Kolonial Belanda. Dapat dibuktikan dengan adanya beberapa peninggalan, baik secara fisik (bangunan) atau non fisik (hasil bumi), seperti : Stasiun Kereta Api, SMP 1 Kota Solok (bekas Sekolah Hollands Inlandse School), Bak Penampungan Air Pincuran Gadang, Bekas Bangunan Penjara di Payo, Kopi di Payo (Robusta), dan lain sebagainya.
Kota Solok juga terletak didaerah persimpangan, yang dilewati untuk menuju daerah lainnya, terbukti dengan adanya Stasiun Kereta Api Solok. Pada masa kolonial Belanda, stasiun ini juga digunakan untuk sarana transportasi yang menghubungkan jalur pantai barat Sumatera (khususnya Kota Padang) dengan Sawahlunto yang pada waktu itu penghasil batu bara, dan stasiun kereta api Solok juga digunakan untuk tempat penyimpanan hasil bumi. Pada 1 Maret 2009, jalur/Stasiun KA Solok ini difungsikan sebagai KA Wisata dengan jalur Padang Panjang-Solok-Sawahlunto 3 kali seminggu. Stasiun ini beralamat di Jalan Karitini No. 1, Kelurahan Kampung Jawa, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok.

Pada saat ini, inovasi difokuskan kepada peninggalan zaman kolonial Belanda, diberi nama “Solok City Heritage (SoCH)” yaitu Stasiun Kereta Api Solok, karena stasiun kereta api merupakan salah satu benda cagar budaya Kota Solok dengan nomor invetaris 07/BCB-TB/A/05/2007 dan Kota Solok termasuk salah satu dari 7 (tujuh) daerah Kab/Kota pendukung Warisan Tambang Batubara Ombilin (WTBOS) dari Unesco sebagai warisan dunia. Dan diwajibkan kepada 7 (tujuh) kab/kota tersebut membuat atraksi wisata disepanjang jalur kereta api. Peninggalan - peninggalan sejarah pada masa kolonial Belanda lainnya menjadi faktor pendukung “Solok City Heritage (SoCH)” dan menjadi daya tarik wisata.
Atraksi Wisata tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, mengurangi angka pengangguran, pengentasan kemiskinan dan meningkatkan angka kunjungan wisata ke Kota Solok dengan kolaborasinya antara sektor pariwisata dengan sektor ekonomi kreatif “PENTAHELIX” (akademisi, komunitas, bisnis, pemerintah dan media).
Tujuan dan manfaat dari inovasi ini adalah meningkatkan nilai history peninggalan kolonial Belanda di Kota Solok, menghidupkan lagi suasana stasiun kereta api dengan berbagai atraksi wisata yang bekerjasama dan kolaborasi dengan pelaku ekonomi kreatif, sehingga meningkatkan angka kunjungan ke Kota Solok, mengurangi pengangguran dan membantu mengentaskan kemiskinan (kreatifitas para pelaku ekonomi kreatif/pemuda/UMKM/pelaku usaha pariwisata), meningkatkan perekonomian masyarakat, menghidupkan kembali jalur transportasi, perdagangan dan pariwisata.
Inovasi ini untuk mengikuti Kompetisi Inovasi Aparatur (KOMVAS APARATUR) Tahun 2020 Kota Solok, yang diusulkan oleh Mellya Fitri, staf Dinas Pariwisata Kota Solok, dan merupakan Ketua Gajah Maharam Photography. (Mellya/GMP)

Comment