GMP - Semarang, Lawang Sewu Semarang merupakan daya tarik wisata utama di kota Semarang. Lawang Sewu merupakan saksi bisu perkembangan kota Semarang pada masa kependudukan kolonial Belanda kala itu. Di desain langsung oleh arsitek terkenal Belanda yaitu Cosman Citroen, membuat Lawang Sewu memiliki arsitektur yang megah dan kokoh hingga kini. Bangunan yang terbagi menjadi tiga bagian dengan ciri khas masing – masing di setiap bagiannya, menjadikan wisatawan yang datang merasakan kesan tersendiri saat berada di destinasi ini. Terletak di pusat kota dengan jarak tempuh 5 -10 menit, dan mudah dijangkau dengan berbagai kendaraan, tidak heran selalu banyak wisatawan yang datang berkunjung, baik wisatawan dalam kota,hingga wisatawan dari luar kota.
Fasilitas penunjang wisata yang memadai, kebersihan yang terjaga baik, keamanan yang terjamin, membuat wisatawan betah berada di Lawang Sewu. Setiap sudut bangunan Lawang Sewu juga mampu menjadi spot foto yang bagus bagi wisataan. Pelayanan yang ramah dari pihak pengelola menjadi nilai baik bagi destinasi wisata Lawang Sewu Semarang. Pihak pengelola dan semua SDM yang ada di Lawang Sewu bekerja keras untuk tetap mampu mempertahankan Lawang Sewu sebagai daya tarik wisata di Kota Semarang.
Dikutip dari kaiwisata.id dijelaskan bahwa Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan dikelola oleh PT Kereta Api Pariwisata yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap di atas lahan seluas 18.232 m2. Bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Sedangkan bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Bangunannya dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam dengan ciri dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. Bangunan di desain menyerupai huruf L serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi udara. Karena jumlah pintunya yang banyak maka masyarakat menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu.
Selain desain bangunannya yang unik, Lawang Sewu memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten. Kaca patri tersebut bercerita tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, kota maritim serta kejayaan kereta api. Ragam hias lainnya pada Lawang Sewu antara lain ornamen tembikar pada bidang lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak menara air yang dilapisi tembaga, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.
Saat ini Gedung Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan beragam koleksi dari masa ke masa perkeretaapian di Indonesia. Koleksi yang dipamerkan antara lain: koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, Mesin Hitung, Mesin Tik, Replika Lokomotif Uap, Surat Berharga dan lain-lain. Lawang Sewu menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri dari foto, video, dan material restorasi. Mendekati pintu keluar, terdapat perpustakaan berisikan buku-buku tentang kereta api.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, Gedung Lawang Sewu juga dapat disewa untuk kegiatan Pameran, Ruang Pertemuan, Pemotretan, Shooting, Pesta Pernikahan, Festival, Bazar, Pentas Seni, Workshop dan lainnya.(GMP-06)
Comment