by

Lokomotif Uap Di Ujung Silokek

Logas tidak lepas dari sejarah Perkereta Apian di Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. Banyak peninggalan sejarah dan arkeologi kita temui di Kabupaten Sijunjung salah satu peninggalan sejarah tersebut adalah Lokomotif Uap di Silokek, Jorong Silukah, Nagari Durian Gadang, Kec. Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Sejarah Lokomotif Uap berkaitan dengan sejarah pembuatan Jalan Kereta Api dari Muaro ke Logas pada tahun 1943 yang sebagian besar pekerjanya berasal dari Pulau Jawa (pekerja Romusha). Lokomotif  ini direncanakan untuk pengangkutan batubara dari Ombilin Sawahlunto ke Logas dan terus ke luar negeri atau ke daerah lain pada tahun 1942 sampai tahun 1945 pada saat kedudukan Jepang di Sumatera Barat. Masyarakat pribumi disuruh bekerja membangun rel kereta api dari arah Timur ke Barat Sumatera. Pembangunan rel kereta api tersebut banyak memakan korban bukan hanya harta benda, tetapi juga nyawa karena mereka yang disuruh bekerja paksa hingga meninggal dunia.
Awal November 1942 rombongan militer sipil pemerintahan Jepang sampai di Singapura dan melanjutkan perjalanan ke Sumatera Barat. Rombongan tersebut diperintahkan untuk membangun jalur kereta api Trans Sumatera, saat itu belum ada jalur kereta api yang menghubungkan daerah barat dengan timur Pulau Sumatera.  Kondisi alam memang berat karena sepanjang jalur rel kereta api yang akan dibuat tersebut banyak terdapat gunung dan Bukit Barisan mulai dari Utara hingga Selatan. Dengan kondisi alam seperti itu jalur kereta api dari Padang hanya sampai Muaro Sijunjung.

Sementara kebutuhan Jepang untuk mencukupi pasokan bahan batubara dipasaran cukup tinggi, satu-satunya jalur yang dapat ditempuh melalui lalulintas laut di Selatan Sumatera memutar hingga Aceh. Jalur tersebut apabila dilalui tidak kondusif dan memakan waktu lama. Dalam keadaan perang, jalur laut tersebut tidaklah aman, maka Jepang memutuskan untuk membuka jalur kereta api dari Muaro hingga Pekanbaru yang melintasi Logas, Kota Baru, Taratak Buluah hingga Provinsi Riau. Walaupun harus membuka hutan belantara.

Zaman Hindia Belanda pernah merencanakan pembangunan rel kereta api ini, sebagai bagian dari jalur sebelumnya yang telah dibangun. Jalur kereta api yang sudah dikerjakan Belanda antara Padang, Padang Panjang, Solok, Sawahlunto hingga Muaro Sijunjung. Jalur ini menjadi akses penting bagi pengiriman batubara dari Sawahlunto/Sijunjung, namun belum sempat jalur selanjutnya dikerjakan, Jepang masuk dan menguasai Indonesia termasuk Negara lainnya di Asia Timur Raya.  Untuk pembangunan rel kereta api tersebut Jepang mempekerjakan ribuan orang pribumi yang sebagian besar tawan perang. Mereka dipaksa bekerja tanpa ada rasa kemanusiaan  dan dikenal dengan sebutan Romusa (pekerja paksa).

Lokomotif Uap tersebut mempunyai panjang 8,73 m, lebar 2,35 m, dan tinggi 2,94 m. ditemukan oleh masyarakat Silukah pada tahun 1980 saat pembuatan jalan darat dari Silokek ke Durian Gadang dan terus ke Tapus. Lokomotif Uap ini merupakan salah satu peninggalan sejarah yang penting artinya sebagai bukti keberadaan masa kependudukan Jepang di Indonesia khususnya di daerah Sawahlunto/Sijunjung. Lokomotif Uap ini terkait dengan pembuatan jalan kereta api dari Muaro ke Logas pada tahun 1943, yang sebagian besar pekerjanya berasal dari Pulau Jawa (Romusa). Lokomotif ini direncanakan untuk penganggkutan batubara dari Ombilin Sawahlunto ke Logas dan terus ke daerah Riau.  Demikianlah saksi bisu sebuah lokomotif uap yang terletak di jorong Silokek, Nagari Durian Gadang, Kabupaten Sumatera Barat. (Wahyu/GMP)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.